Bingung menghitung anggaran pembuatan website?
Cara paling simpel adalah menentukan 10% dari harga kontrak bangunan yang diinginkan. Begini penjelasannya…
Konten diperbarui: Jumat, 6 Oktober 2017
Tentukan Model Website
Mari kita tentukan model website seperti apa yang kamu inginkan:
- Personal Site: web atau blog pribadi
- Online Portfolio: situs katalog produk atau karya yang kamu miliki.
- Biasanya menyajikan foto dan daftar harga.
- Penjualan secara offline atau order via pesan privat, misalnya WhatsApp, Line, atau BBM.
- Online Service: web daftar layanan/jasa yang kamu sediakan.
- Umumnya berisi penjelasan rinci tentang layanan, tarif, prosedur order, dan tentu memuat kontak yang bisa dihubungi.
- Ecommerce: toko online yang melayani penjualan daring.
- Menampilkan produk atau jasa beserta biayanya, tombol beli/pesan, formulir pemesanan, metode pembayaran atau payment gateway, misalnya PayPal, iPaymu, Doku, dll.
- Non-profit Site: website organisasi atau institusi.
- Tak jarang memuat fitur donasi beserta daftar donatur, juga struktur, program, dan dokumentasi kegiatan.
- Corporate Site: website perusahaan atau brand.
- Selain berisi produk, juga fitur layanan pelanggan, laporan untuk investor atau peluang investasi, dan pastinya: brand story.
Sesudah itu, kita akan menentukan seperti apa citra/image yang ingin kamu bangun dengan situs web ini.
Tentukan Image Diri atau Bisnis
Soal pencitraan ini memang agak rumit. Setiap orang punya sudut pandang yang berbeda.
Sebagian memilih image sederhana, yang lain menyukai style berkelas, ada juga yang justru bingung ingin mewujudkan diri (individu maupun perusahaan) seperti apa.
Di sinilah kuncinya. Website adalah presentasi online dari dirimu (atau perusahaanmu). Maka, seperti apa website kita, seperti itulah orang memandang kelas kita.
Untuk mempermudah, mari kita sederhanakan soal citra ini dengan bangunan.
Karena komponen pembiayaan situs web sifatnya berjangka – domain tahunan, hosting bulanan, demikian pula lisensi desain (tema) dan fitur (plugin), maka bisa disejajarkan dengan nilai kontrak bangunan.
Faktanya, angka kontrak bangunan berbeda-beda tergantung lokasi, fasilitas, usia, dll. Tidak ada harga standar.
Demikian pula anggaran pembuatan website. Tidak ada standar biaya pembuatan situs web, karena itu tergantung pada:
- seberapa besar kapasitas penyimpanan datanya?
- seberapa cepat memori untuk menyajikannya?
- seberapa kuat tingkat keamanannya?
- di mana lokasi server dan seberapa bagus maintenance-nya?
- terakhir tapi tak berarti kurang penting: apa saja fiturnya dan bagaimana desainnya?
Sekali lagi, jangan pernah bertanya berapa standar biaya pembuatan website. Itu sama saja kamu bertanya: berapa harga kontrak rumah sekarang?
Jawabannya, ya tergantung… Ukuran berapa, lokasi di mana, kamar berapa, lantai berapa, dst.
Jika kita kembalikan ke tipe website, maka kurang lebih padanannya sebagai berikut:
- Personal Site = Rumah Pribadi
- Online Portfolio = Galeri Karya
- Online Service = Biro Jasa
- Ecommerce = Kios, Toko, Toserba, atau Mall
- Non-profit Site = Kantor Yayasan
- Corporate Site = Gedung Perusahaan
Rumus Biaya Pembuatan Website
Berikutnya, kita menghitung anggaran pembuatan website dengan rumus sepersepuluh:
biaya website = 10% x kontrak bangunan 1 tahun.
Mari kita buat perbandingan satu per satu.
Dengan catatan bahwa harga kontrak bangunan per tahun di bawah ini hanya angka imajiner, maka silakan tentukan sendiri sesuai kebutuhan dan citra yang ingin kamu bangun.
- Kontrak rumah mulai 25 juta rupiah, maka web pribadi mulai 2,5 juta rupiah.
- Kontrak ruang galeri, biro jasa, kantor yayasan = 100 juta rupiah, maka online portfolio/service sekitar 10 juta rupiah.
- Kios, toko, toserba, mall berurutan 10, 100, 500 juta, 1 miliar rupiah. Maka toko online bisa dianggarkan antara 1 juta (kelas kios pinggir jalan) sampai 100 juta rupiah (kelas Lazada–wannabe).
- Gedung perusahaan sekitar 250 juta rupiah, artinya corporate website bisa dianggarkan mulai 25 juta rupiah.
Sekali lagi harap diingat bahwa biaya di atas berlaku untuk satu tahun, dan relatif sesuai dengan image yang diinginkan.
Juga jangan sampai mengabaikan ongkos untuk promosi, perawatan, dukungan atau konsultasi teknis.
Toh, tidak ada orang yang menyewa bangunan lantas tidak menemui masalah sama sekali di tengah jalan. Tidak mungkin juga kan kita marah-marah ke pemilik bangunan jika suatu saat genteng bocor atau saluran air mampet?
Demikian tips menghitung anggaran pembuatan website.
Jika suatu saat kita bertemu, sebelum bertanya berapa tarif jasa pembuatan website saya, silakan terlebih dahulu pejamkan mata dan bayangkan seperti apa bangunan bisnis yang kamu inginkan: kios kakilima atau apartemen lantai lima? 😉